Jumat, 18 Januari 2008

keajaiban

Laut Mati,
Tempat Kutukan Kaum Luth
Oleh WAKHUDIN

ANDA tidak bisa berenang, tapi tidak ingin tenggelam saat mencebur ke dalam air? Itu bukan persoalan mustahil. Datanglah ke Laut Mati, kira-kira perjalanan darat satu setengah jam dari Kota Amman, ibu kota Yordania atau satu jam dari Yerussalem, Israel. Orang Arab menyebutnya sebagai Bahrul Mayyit atau Dead Sea.


SETIAP wisatawan yang berenang di Laut Mati memanfaatkan lumpur laut tersebut sebagai masker. Karena kandungan berbagai mineral dari laut tersebut, Israel memanfaatkannya dengan mendirikan pabrik kosmetika dari lumpur Laut Mati tersebut.**
DOK. WAKHUDIN/"PR"

Di Laut Mati ini, setiap orang yang menceburnya tidak akan tenggelam, sedalam apa pun laut itu. Bahkan, saat kita semakin ke tengah laut, tiba-tiba kaki terangkat dari dasar laut, karena mengapung. Untung kalau kita mengapungnya terjengkang, sehingga posisi wajah kita menghadap ke atas. Kalau jatuhnya (mengapung) tengkurap, maka wajah kita kecebur ke laut. Puuiihh.... asiiiiin bahkan mendekati pahiiiit sekali rasa air laut itu.

Laut mati memang airnya paling asin di dunia, konon sembilan kali lebih asin dibandingkan air-air laut yang lain. Karena kadar garamnya yang sangat tinggi itulah yang menyebabkan tidak seorang pun bisa tenggelam. Oleh karena itu, sebagai ekspresi betapa anehnya Laut Mati itu, banyak orang sengaja membaca koran saat berenang di laut yang airnya tenang itu.

Sesungguhnya tak mudah memegang kertas di atas air, karena sebagian ujungnya akan menyentuh air dan pada akhirnya sobek. Tapi pemandangan itulah yang tampak di beberapa pinggir laut yang separuhnya milik pemerintah Kerajaan Yordania dan separuh lainnya milik Israel. Tidak tampak satu pun perahu melintas di laut yang lebih tepat disebut danau. Konon, setiap perahu yang dibuatnya akan sangat cepat korosi. Lagi pula, di tengah laut itu dipasang kawat berduri, sebagai tanda perbatasan negara antara Israel dan Yordania.

Keajaiban lain dari Laut Mati adalah posisinya yang sangat rendah, bahkan paling rendah di dunia, karena posisinya sekira 400 m di bawah permukaan laut (dbl). Sudah rendah, permukaan air Laut Mati juga terus-menerus surut. Sejak tahun 1960-an hingga sekarang, air sudah susut lebih dari 10 m, sehingga dikhawatirkan Laut Mati terus mengalami pendangkalan. Susutnya air Laut Mati selain disebabkan oleh penguapan, juga akibat adanya projek-projek menyangkut air yang dilakukan oleh Israel maupun pemerintah Yordania.

Selain kandungan garam yang amat sangat tinggi, air Laut Mati juga banyak mengandung kalium, magnesium, dan bromium. Itulah sebabnya banyak, orang yang berenang di Laut Mati ini memanfaatkan lumpurnya sebagai masker.

Selain sebagai pelindung dari sengatan matahari saat berenang, lumpur Laut Mati ini diyakini sebagai bahan kosmetika yang amat baik. Lumpur yang terdiri dari berbagai macam mineral ini bahkan digarap sebagai bahan kosmetika. Israel telah memanfaatkan khasiat Laut Mati ini dengan mendirikan pabrik kosmetika yang bahan dasarnya berasal dari mineral yang terkandung di dalam Laut Mati.

Dibandingkan tempat wisata di Indonesia, Laut Mati amat sangat sepi. Penulis membayangkan, jika Laut Mati berada di Indonesia, pasti pengunjungnya membludak luar biasa. Belum lagi diikuti dengan pedagang kaki lima yang senantiasa melimpah ruah. Di tempat ini, tidak banyak pengunjungnya seperti di Indonesia.

Hanya di beberapa tempat yang mudah untuk turun ke laut terdapat satu dua orang yang tengah berenang. Paling ramai adalah tepi laut milik Yordania di dekat air tawar. Di samping adanya air yang paling asin di dunia, di tempat ini terdapat pula air yang paling tawar mengalir dengan deras dari dalam tanah pegunungan batu. Usai mandi di Laut Mati, para pengunjung kemudian bilas di air terjun yang mengaliri parit hingga bermuara di Laut Mati.

Sejumlah hotel dibangun di tepi Laut Mati ini. Dari hotel-hotel ini pula para wisatawan berenang di Laut Mati ini. Namun air pancuran yang berada di hotel-hotel ini relatif lebih kecil dibandingkan air mancur alamiah, yang masih bebas dipakai masyarakat.

**

KONON Laut Mati merupakan tempat di mana kaum Nabi Luth a.s. mendapatkan kutukan. Kaum Nabi Luth adalah para prianya tidak menyukai wanita, melainkan mencintai sesama jenis. Demikian pula wanitanya, mereka lebih suka berhubungan seks dengan kaum yang sama. Karena perbuatan gay dan lesbian inilah Allah mengutuk mereka dengan membakar mereka di Laut Mati.

Sebagaimana ditulis Harun Yahya, salah satu azab Allah paling dahsyat yang dikisahkan dalam Alquran adalah tentang pemusnahan kaum Nabi Luth. Mereka diazab karena melakukan praktik homoseksual. Menurut kitab Perjanjian Lama, kaum Nabi Luth ini tinggal di sebuah kota bernama Sodom. Sehingga karena itu praktik homoseksual saat ini kerap disebut juga sodomi.

Penelitian arkeologis mendapatkan keterangan, Kota Sodom semula berada di tepi Laut Mati yang terbentang memanjang di antara perbatasan Israel-Yordania. Dengan sebuah gempa vulkanis yang diikuti letusan lava, kota tersebut Allah runtuhkan, lalu jungkir-balik masuk ke dalam Laut Mati.

Layaknya orang jungkir-balik atau terguling, kerap bagian kepala jatuh duluan, lalu diikuti badan dan kaki. Begitu pula kota Sodom, saat runtuh dan terjungkal, bagian atas kota itu duluan yang terjun ke dalam laut, sebagaimana Allah kisahkan dalam Alquran, "Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu (terjungkir-balik sehingga) yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. (Surat Huud ayat 82).

Hasil penelitian ilmiah kontemporer menjelaskan, bencana itu dapat terjadi karena daerah Lembah Siddim, yang di dalamnya terdapat Kota Sodom dan Gomorah, merupakan daerah patahan atau titik bertemunya dua lempengan kerak bumi yang bergerak berlawanan arah. Patahan itu berawal dari tepi Gunung Taurus, memanjang ke pantai selatan Laut Mati dan berlanjut melewati Gurun Arabia ke Teluk Aqaba dan terus melintasi Laut Merah, hingga berakhir di Afrika.

Biasanya, bila dua lempengan kerak bumi ini bergeser di daerah patahan maka akan menimbulkan gempa bumi dahsyat yang diikuti dengan tsunami (gelombang laut yang sangat besar) yang menyapu kawasan pesisir pantai. Juga biasa diikuti dengan letusan lava/lahar panas dari perut bumi.

Hal seperti itu pula yang terjadi pada Kota Sodom, sebagaimana diungkap peneliti Jerman, Werner Keller, "Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini, yang persis melewati daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomorrah, dalam satu hari terjerumus ke kedalaman (Laut Mati).

Kehancuran mereka terjadi melalui sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat yang mungkin disertai dengan letusan petir, keluarnya gas alam, serta lautan api. Pergeseran patahan membangkitkan tenaga vulkanik (berupa gempa) yang telah lama tertidur sepanjang patahan."

Dengan keterangan ilmiah tersebut dapat direkonstruksi kembali bagaimana azab Allah itu menimpa umat Nabi Luth yang ingkar kepada-Nya. Bencana itu didahului dengan sebuah gempa yang menyebabkan tanah menjadi merekah. Dari rekahan itu muncul semburan lahar panas yang menghujani penduduk Kota Sodom. Di bawah pesisir Laut Mati juga terdapat sejumlah besar timbunan kantung-kantung gas metana mudah terbakar.

Kemungkinan besar, letusan lava serta semburan gas metana itulah yang Allah maksudkan dalam Alquran dengan hujan batu dari tanah yang terbakar. Bencana itu diakhiri dengan terjunnya Kota Sodom bersama penduduknya ke dalam Laut Mati. Sebuah tempat wisata yang pantas menjadi perenungan kaum yang "salah asuh".***

Tidak ada komentar: